} my blog: SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI SIJUNJUNG DAN ASAL MULA NAMA SIJUNJUNG

Sabtu, 27 April 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI SIJUNJUNG DAN ASAL MULA NAMA SIJUNJUNG

“Basasok bajarami, bapandam pakuburan
Soko jo pusako kalau tadalami, mambayang cahayodiinngiran
Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian(pantun Minang Kabau)”

“jangan sekali-kali melupakan sejarah (Soekarno)”

Sebagai orang muda hendaknya kitatahu dan faham tentang sejarah asal dan usul kita, hal inilah yang merupakansalah satu factor saya mengeluarkan tulisan ini. Saya yakin, tulisan ini masihjauh dari sempurna, karena hanya dikerjakan hanya dalam waktu singkat saja. tulisanini sengaja saya buat dikarenakan adanya tanda tanya besar yang ada dalam dirisaya mengenai daerah saya sendiri. Hal ini disebabkan karena sedikitnya tuisanatau literature yang didapatkan, baik itu di internet ataupun dalam buku-buku. Sehinggamendorong saya mencari tahu dan bertanya kepada berbagai sumber seperti tokohadat dan orang-orang tua di Sijunjung. Alhamduillah dari berbagai informasiyang saya dapat, akhirnya saya bisa merangkumnya dalam sebuah tulisan yangsederhana ini. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaan dan berguna bagipembaca. Mudah-mudahan dengan tulisan ini juga mendorong kaum muda atau orangminang diranah minang untuk menulis sejarah dari daerahnya masing-masing. Amin.
 Hal ini disebabkan karena kekurangan dariorang Minang itu sendiri yang sangat sedikit sekali menuliskan atau membukukansejarah-sejarah penting yang ada disekitarnya, atau dalam artian hanya budayaoral (mulut kemulut) saja. Berbeda dengan masyarakat jawa yang banyakmeninggalkan bukti-bukti tertulis seperti prasasti-prasati, dan tulisan-tulisanyang terdapat pada daun lontar, sehingga generasi berikutnya mudah memahamisejarahnya sendiri. Baiklah untuk lebih singkatnya kita langsung saja masukkedalam isi.
Pabad sekitaran abad ke-16 Seorangketurunan Minang kabau yang bernama Abdul Mukhsin menuntut ilmu agama ke Acehatau kerajaan Pasai di Aceh. Dalam perjalanannya bertemulah beliau dengan empatorang pemuda yang akan menuntut ilmu juga ke Aceh. Diantara dari keempat pemudaitu ada salah seorang pemuda yang jalannya agak kurang sempurna (pincang),kemudian yang lebih dikenal dengan salah satu pelopor agama Islam di tanahMinang Kabau yaitu Syekh Burhanudin Ulakan Pariaman. Waktu berangkat ke Acehkelima pemuda ini berjalan beriringan, tetapi karena Syekh Burhanudin jalannyaagak kurang sempurna(pincang) dan sering tertinngal, maka minta izinlah pemudayang lainnya untuk berjalan terlebih dahulu.
Singkatnya, sampailah keempat pemudaitu ke Aceh, dan kemudian menempati sebuah surau dan tiap-tiap sudutnya dihunioleh keempat pemuda tersebut, termasuk syekh abdul mukhsin. Setelah itubeberapa hari kemudian sampai pulalah Syekh Burhanudin, dan ketika itu Syekhburhanudin ditempatkan oleh sang guru yaitu syekh Abdul Ra’uf (salahsatu ulamabesar besar di Aceh) didekat pintu masuk surau. Sedang keempat pemuda tadidiajarkan oleh syekh Abdul Rauf ilmu Kitab Kuning, Fiqih, Tauhid, dan Tasauf. Sedangkansyekh Burhanudin tiap-tiap bertanya kepada syekh Abdul Rau’f tentang pelajaranagama Syekh Abdul Ra’uf hanya menjawab “kaji kamu Cuma Bismillah” begituseterusnya setiap Syiekh Burhanudin bertanya tentang pelajaran agamanya kepadaSyekh Abdul Ra’uf. Setelah belajar kempat pemuda tadi selama 16 tahun, semuakitab sudah tamat dan mereka meminta izin pulang ke Minang Kabau. Sedangkan  Syekh Burhanudin masih tinggal dan berada diAceh.
Sesampai di Minang Kabau Syiekh AbdulMukhsin yang juga keturunan Raja Minang Kabau mengembangkan agama Islam kedaerah Solok, yaitu nagari Supayang Kecamatan Kubuang Tigo Baleh. Lebih kurang6 tahun menyebarkan agama Islam di Supayang, tak seorangpun mau masuk ke agamaIslam, atau setelah masuk mereka keluar lagi, dan tidak mau lagi mempelajariagama Islam. Sampai-sampai syiekh Abdul Mukhsin berfikif apakah ilmu agama yangbeliau miliki belum sempurna atau belum cukup. Kemudian syekh Abdul Mukhsinmengambil keputusan untuk kembali lagi ke Aceh, guna menuntut ilmu gama yang lebihdalam lagi.
Sesampai di Aceh beliau menceritakanapa yang dialaminya ketika menyebarkan Islam di supayang kepada Syiekh Abdul Ra’uf,bahwa ketika beliau menyebarkan agama Islam di Solok selama lebih kurang 6tahun, tidak ada seorangpun yang mau masuk ke agama Islam. “saya datang ke Acehuntuk menuntut ilmu agama lagi” kata Syekh Abdul Mukhsin. Syekh Abdul Raufmenjawab “ilmu sudah tidak ada lagi disini, ilmu sudah dibawa Syekh Burhanudinke Ulakan Pariaman, kalau kamu mau menuntut ilmu lagi, maka kembalilah kamu keMinang kabau, tuntutlah ilmu kepada Syekh Burhanudin di Ulakan”. Maka kembalilahSyekh Abdul Mukhsin, dan belajar lagi kepada Syekh burhanudin selama lebihkurang 2 tahun. Setelah itu beliau kembali lagi ke Solok, beliau mulai lagimenyebarkan agama Islam ditempat dia menyebarkan Islam, tetapi masyarakat tetapjuga tidak mau memeluk agam Islam.
Melihat kondisi yang demikian SyekhAbdul Mukhsin menganbil sebuah keputusan untuk hijrah ke Talang Danto(Sijunjung sekarang), melalui Nagari Panyangkalan Solok, melalui air luo,Mundam Sakti Sijunjung, Koto baru Palangki, Pematang panjang, terus ke BukikSosai (muaro botuak sekarang), beliau menyebarkan agama Islam di Muaro Botuak danke Gunung Medan, terus ke Bukik Kunyik, Aia Angek dan di Danau (tanah batosekarang). Setelah menyebarkan Islam beberapa lama dan masyakatpun sudah mulaibanyak yang memeluk Islam, maka sepakatlah murid-murid atau pengikut SyekhAbdul Mukhsin yang berada di bukik sosai, Gunuang Medan, Bukik Kunyik, danDanau untuk membuat koto/perkampungan adat. Berkumpullah Syekh abdul Mukhsindan murid-muridnya dari empat daerah tadi di Talang Danto, yaitu tepatnya diBukik tabenek (tabek sijunjung) untuk merencanakan pembuatan Koto/Nagari yangberpagar adat dan bersandikan Syarak Kitabullah.
Arti Bukik Tabenek adalah berasaldari kato/kata yang dibenamkan/kata mufakat untuk sehidup semati membela kampungyang akan dibuat. Didalam keadaan rapat di Talang danto maka terjadilahperistiwa terbenamnya adik perempuan Syekh Abdul Mukhsin, yaitu yang bernamaputi Junjuang di sungai/batang Kandi, kemudian lebih dikenal dengan batangJunjuang. Orang-orang berusaha untuk menarik Puti junjuang dari terbenamnya,tetapi orang-orang tidak mampu menarik Puti Junjuang keluar. Kemudian orang kampongmemberitahukan hal tesebut kepada Syekh Abdul Mukhsin yang sedang rapat diTalang Danto. Lalu syekh Abdul Mukhsin mendatangi adiknya yang terbenam denagncara mengulurkan tongkatnya dan menarinya keluar dengan selamat. Kemudian SyekhAbdul Mukhsin melanjutkan rapatnya di Talang Danto.
Maka dalam siding rapat, sepakatlahsemua anggota siding untuk menukar nama Talang Danto menjadi Koto Sijunjung,karena memngingat peristiwa terbenamnya Puti Junjuang di Batang Kandi yangsekarang namanya batang Junjung. Jadi nama Sijunjung beraal dari nama PutiJunjung. Dalam siding rapat syekh Abdul Mukhsin diberi gelar adat Imam MalinSutan dari suku Chaniago Bodi.
Setelah koto sijunjung jadi, sudahada rumah, lading, sawah, dan pemerintahan untuk mengatur Koto Sijunjung denganbaik, Syekh Abdul Mukhsin ingin lagi pergi ke Solok mengunjungi tempatnya yanglama, dan mencoba lagi untuk mensyarkan agama Islam seperti dahulunya. Berkat dariizin Allah SWT, masyarakat sudah meu menerima ajaran agama Islam yang dibawaSyekh Abdil Mukhsin atau Imam Malin Sutan.
Kuburan dari Puti Junjuang tersebutteletak di Rimbo Tompat daerah Tapian Lincia (kampung baru), tetapi banyak darimasyarakat tapian lincia khususnya dan masyarakat Sijunjung pada umumnya tidak mengetahuikalau letak kuburan Puti Junjung itu ada disana.
Dalam perjalanan Syekh abdul Mukhsinmengembangkan ajaran Islam antara Sijunjung dan Solok terjadi peristiwa yanganeh-aneh atau kiramaik/keramat dari Syekh Abdul Mukhsin. yang pertama sepertimembutt tabek di Sijunjung dengan satu hentakan saja membuat tabek atau kolamyang ukurannya kira-kira 100x40 meter (lokasinya sekarang ada di bukiktabenek/tabek sijunjung) dan lokasi ini dijadikan tempat bakau/berkaul bagimasyarakat Sijunjung setiap tahunnya sebagai tanda syukur kepada Allah SWT karenapanen padi telah selesai dan berharap ketika bertanam padi selanjutnyadilimpahi air yang banyak dan hasil yang memuskan. Kedua, baju/jubah beliaupernah tersangkut waktu berjalan di hutan daerah Bukit Capang Tigo Palangki, beliaumarah dan menyumpahi tepat itu, sehingga tidak pernah ditumbuhi oleh tanamansampai sekarang, kira-kira luasnya 100m persegi. Ketiga, yang lebih aneh lagiyaitu Syekh Abdul Mukhsin waktu sedang Shalat akan diterkam harimau, tetapikaki harimau itu tidak bisa diangkat dari batu karena terbenam kedalam batutersebut. Kemudian setelah Syiekh Abdul mukhsin seleai Shalat baru diamengetahui bahwa ada harimau yang mau menerkamnya dan syekh Abdul Mukhsin menegurharimau itu, dengan izzin Allah SWT harimau itu berubah menjadi manusia dandiberi nama Panglimo Karukik (panglima karukut), kemudian lebih dikenal denganSyiekh Karukut, dan Syekh Karukut berjanji samapai ke-anak cucunya tidak akanmemakan orang Sijunjung, bukti dari batu tempat terbenamnya kaki harimautersebut sampai sekarang sekarang masih ada, yaitu tepatnya di Sikaladi, tempatini juga digunakan oleh masyarakat Sikaladi untuk bakau/berkaul setipa tahun.
Syekh Abdul Mukhsin kemudian membawaPanglimo Karukuik ke Supayang Solok, dan mengajaarinya ilmu agama samapai diamenjadi seorang yang saleh. Lalu syekh Abdul Mukhsin dan syekh Karukutmendengar kabar di daerah Lubuak Sikarah Solok ada orang yang gemar menyabungayam, berjudi, dan minum-minuman keras, atau hal-hal yang bertentangan denganajaran Islam. Mereka mendatangu daerah tersebut, sesampai disana mereka menemui13 niniak mamak yang suka mengerjakan hal-hal yang bertentangan dengan Islam. Merekapunbermusakarah dan sampai berdebat berdebat dengan ke 13 niniak mamak tersebuttentang pendapat masing-masing. Dari kata musakarah asal nama lubuak sikarah. Karena13 niniak mamak tersebut tetap membankang maka syekh Abdul Mukhsin dan SyekhKarukuik membuang 13 niniak mamak itu dari daerah Solok. Syekh Karukuikmendirikan masjid di Lubuak Sikarah. Jadi asal Kubuang Tigo baleh itu adalahterbuangnya 13 niniak mamak dari daerah Solok. Setelah terbuangnya 13 niniakmamak itu, maka barulah berkembang pesat agama Islam di daerah Kubuang Tigobaleh khususya dan Solok pada umumnya.
Setelah beberapa lama menyiarkanagama Islam antara Sijunjung dan Solok, Syekh Abdul Mukhsin dan Syekh Karukuikwafat di Supayang, dan dimakankan berdampingan didekat surau Supayang Solok.
Untuk mengenang perjalanan dakwahSyekh Abdul Mukhsin, pada setiap tahunnya setalah hari rayo (hari raya) 6 ataupuaso 6 masyarakat Sijunjung melakukan napak tilas dari Sijunjung kedaerahSolok melewati daerah-daerah yang dulunya dilewati Syekh Abdul Mukhsin ketikamenyebarkan agama Islam, sekalaigus melihat bukti-bukti sejarah yangditinggalkan ketika melakukan perjalanan dakwah dan mengambil spirit perjuangandari Syiekh abdul Mukhsin dalam rangka menyiarkan agama Islam. Napak tilastersebut diakhiri dimakam Syiekh Abdl Mukhsin dan Syekh Karukut di surau LubuakSikarah, kecamatan Kubuang Tigo Baleh, Solok dengan melakukan do’a dan makanbersama.
Peninggalan dari Syeikh Abdul Muksinjuga masih ada samapai sekarang berupa jubah bewarna merah, kopiah atau peciberwarna merah (seperti peci orang turki yang ada jambul bewarna hitamdiatasnya), kemudian katubah/khutbah, dan tongkat. Biasanya barang-barangtersebut dipakai atau digunakan ketika Shalat hari raya Idul fitri, dipakaioleh khatib yang memberikan Khutbah hari raya, kalau pembaca ingin melihatnyasilahkan datang ke Surau Talang yang terletak di Jorong Kandang Harimau,kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Bisa juga dilihat ketika upacara adatsuku chaniago bodi seperti batagak gala atau acara-acara adat lainnya, haltersebut dikarenakan peninggalan beliau diwariskan kepada anak cucu beliau yangbersuku Chaniago Bodi, atau ketika acara bakau/Berkaul di Tabek Sijunjung yangdipakai oleh mamak suku Chaniago Bodi yang bergelar adat Imam Malin Sutan. Gelartersebut merupakan gelar yang secara turun temurun diturunkan kepada ImamNagari/mamak dari suku Chaniago Bodi.
Jadi itulah sekelumit sejarah daripenyebaran Islam di Sijunjung dan asal nama Sijunjung yang saya dapat darimamak-mamak, orang-orang tua, dan orang tua sendiri, karena selama masyarakatatau orang Sijunjung khususnya banyak yang tidak tahu akan sejarah ini,mudah-mudahan dengan tulisan ini mampu sedikit membuka sedikit tabir sejarahyang ada di Ranah Lansek Manih agar anak kemenakan dan cucu/cicit kita tahutentang sejarah daerahnya sendiri. Amin.
Dan tidak lupa pula besar harapansaya dari sipembaca untuk memberikan masukan dan kritikan yang membangun, agar “nanbengkok diliruihkan, nan kabua ditarangkan"

1 komentar:

  1. assalamualaikum,wr.wb
    saya juga orang sijunjung dan kuliah jurusan sejarah semester 6. saya bermaksud ingin menulis mengenai sejarah islam di sijunjung. dan membutuhkan sumber-sumber, mungkin bapak bisa membantu saya untuk mendapatkan sumber tersebut. untuk itu bolehkah saya meminta alamat email bapak

    BalasHapus